LaM8SnlyhO5tX8fWRh51ZtOsoiNS32zuVQj6lOS1

Pelajaran Hidup dari Kehilangan Teman Dekat : Pengalaman dan Pelajaran Berharga

Posting Komentar

Pertengahan tahun lalu, aku merasakan ada rasa hampa yang rasanya tak terjelaskan saat seseorang yang dulu selalu ada tiba-tiba ng’cut off diri ini begitu saja. Apakah temen-temen pernah merasakannya?


Kehilangan seseorang yang begitu amat sangat dekat dengan kita adalah salah satu hal yang tidak mudah diterima. Aku pernah merasakannya. Menghadapi kenyataan bahwa teman sudah lama bersama satu dua tahun ini, memutuskan untuk pergi dan mengakhiri hubungan pertemanan ini.


Di usia yang sudah dewasa ini, ini adalah kali momen pertama aku merasakan dunia seakan runtuh. Tidak hanya kehilangan teman berbagi cerita dan tawa, tapi kehilangan seseorang yang dulu pernah meyakinkan dan membuat saya percaya bahwa saya tidak harus menghadapi dunia ini sendirian. 


Awal Mula..

sebelum bertemu dia, aku adalah tipe orang yang sangat nyaman dengan kesendirian. Aku selalu berfikir bahwa hidup adalah sesuatu yang harus saya jalani sendiri, tanpa bergantung pada siapapun. Mungkin ini hasil pemikiran karena saya terbiasa hidup jauh dari rumah dan hidup sendiri. Saya terbiasa menahan rasa sedih, melewati rasa sakit, dan tetap terlihat kuat di depan rang lain. Saya pikir, dengan cara itu, saya bisa bertahan tanpa mengharapkan apapun dari orang lain. Ini seperti set boundaries yang saya buat untuk diri saya, agar saya terhindar dari rasa sakit jka mengharapkan orang lain.


namun, semuanya berubah sejak saya hidup bersamanya. Dia adalah teman yang hadir dengan caranya yang sederhana, tetapi sangat berarti. Bersama dia, saya menemukan perasaan yang selama ini tidak pernah saya izinkan muncul yaitu perasaan bahsa saya tidak sendirian.


Dia sering sekali berkata, “ Gak apa-apa kok kak kalau kamu sedih. Gak apa-apa juga misal kamu sakit.” “Sekarang kan ada aku.” Kata-kata yang mungkin terdengar biasa bagi sebagian orang, tapi bagi saya itu adalah pelukan yang menenangkan. Kata-kata itu seperti membuka pintu yang selama ini saya kunci rapat-rapat: pintu yang memberi ruang untuk saya menjadi diri sendiri, tanpa harus selalu terlihat kuat.


Dia membuat saya percaya bahwa tidak apa-apa untuk merasa lemah, untuk menangis, dan untuk bersandar pada seseorang. Dunia yang mungkin sebelumnya terasa dingin dan penuh tekanan tiba-tiba menjadi lebih hangat karena ada dia yang meyakinkan saya. “Semua akan baik-baik saja, karena sekarang kamu nggak sendirian. Ada aku.”


Hidup bersamanya selama dua tahun membuat saya merasa hidup. Tidak hanya karena dia teman yang selalu ada, tetapi karena dia menjadi tempat saya merasa diterima sepenuhnya, dengan segaa kekurangan dan kerentanan saya.


Ketika Kehilangan Itu Datang

haha.. 

Namun, ternyata itu menjadi awal kehancuran diriku?

Saya terlalu bergantung pada dia. Saya merasa, hidup dikota yang keras ini kalo mungkin selama ada dia, semuanya akan baik-baik saja.

Seperti semua hal baik yang kadang harus berakhir, dia pergi. Rasanya seperti dunia yang baru saja terasa hangat kembali mendadak menjadi sunyi dan dingin. Hari-hari yang biasanya diisi dengan celotehan dia dan obrolan receh berubah menjadi hampa.


Tapi saya sudah pernah mencoba untuk menahannya agar tidak meninggalkan saya. Namun dia tetap pergi.


Kali ini, saya akan lebih belajar untuk menerima dan reboot semua settingan diri saya kembali ke semula.


Langkah untuk Pelarian?

Ternyata menerima kenyataan tidaklah mudah. Prosesnya panjang, dari yang nangis-nangis sampe butuh banget keberanian buat terus melangkah.


  1. Menulis Jurnal

Karena pikiran overload, saya coba belajar menuangkan semua perasaan saya kedalam tulisan. Menulis adalah cara saya berbicara dengan diri sendiri, mengungkapkan emosi yang sulit saya ucapkan dengan kata-kata.


  1. Mencari Pelarian Positif

Rajin Olahraga, Bangun Pagi, Sholat Sunnah, Ikut jadi Voulunter, Ikut workshop, Ikut kajian. Ini membantu saya mengalihkan pikiran dari rasa kehilangan


  1. Belajar Menerima

Walau kenyataannya ini sulit sekali, tapi saya pelan-pelan belajar menerima bahwa tidak semua orang akan tetap tinggal di hidup kita. Hubungan itu berharga, tapi kadang kita harus melepaskan demi bisa tumbuh lebih kuat.


Pelajaran Apa yang Bisa Saya Petik dari Kehilangan Teman?

Dari pengalaman ini, saya menyadari beberapa hal penting:


  • Tidak apa-apa untuk Rapuh.

Kehilangan dia mengingatkan saya bahwa perasaan rapuh itu manusiawi, dan tidak perlu selalu disembunyikan


  • Kehilangan Adalah Bagian dari Kehidupan.

Tidak semua hubungan akan bertahan selamanya, tapi itu tidak membuatnya kurang berarti


  • Menghargai Momen yang Ada

Jangan menunggu sesuatu hilang untuk menyadari betapa berharnganya hal tersebut.



Penutup

Kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup kita memang menyakitkan. Namun, pengalaman ini juga memberi kita pelajaran tentang diri sendiri- tentang keberanian untuk menerima, memaakan, dan melanjutkan hidup.


Jika temen-temen sedang mengalami hal serupa, ingatlah bahwa kamu tidak sendiri. Tidak apa-apa untuk merasa sedih, tapi jangan lupa bahwa kamu juga punya kekuatan untuk bangkit. Percayalah, pada akhirnya semua akan baik-baik saja, meski perjalanan itu tidak selalu mudah.






Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar